Situasi ketika harga suatu aset finansial di pasar futures lebih tinggi daripada di pasar spot. Contango merupakan kebalikan dari Backwardation.
Strategi trading yang bergantung pada perhitungan matematis untuk mendeteksi peluang trading. Fokus Quantitative Trading biasnaya tertuju pada Harga dan Volume. Termasuk dalam jenis strategi ini adalah High-Frequency Trading dan Algorithmic Trading yang sering diaplikasikan oleh institusi finansial dan lembaga Hedge Fund.
Periode tahunan untuk pembukuan anggaran belanja dan pendapatan negara atau perusahaan. Penentuan periodenya berbeda-beda sesuai kebijakan negara atau perusahaan terkait, tidak selalu dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember.
Level imajiner di atas harga saat ini dan umumnya ditarik berdasarkan level harga tertinggi sebelumnya. Pelaku pasar diekspektasikan untuk membuka posisi sell apabila harga mencapai level resistance.
Nilai kurs pada platform trading forex. Quote biasanya merupakan nilai tengah dan bukan merupakan harga yang digunakan untuk eksekusi order. Broker forex memberikan kuotasi dalam bentuk 4-digit atau 5-digit di belakang tanda desimal. Untuk JPY Pair, kuotasi yang diberikan hanya mencantumkan 2-digit atau 3-digitdi belakan tanda desimal.
Kebijakan bank sentral yang ditujukan untuk mengurangi aktivitas moneternya. Biasanya menandai normalisasi kebijakan moneter longgar untuk kemudian menjadi pengetatan moneter.
Jarak antara naik turunnya harga suatu aset, yang mengindikasikan besar perubahan harga pada suatu periode tertentu.
Disebut juga sebagai Forwardation, istilah ini merujuk pada kondisi harga-harga komoditas saat ini (spot) yang lebih murah dibanding harga komoditas berjangkanya.
Liquidity Provider, Penyedia Likuiditas
Lembaga atau institusi finansial di dalam jaringan broker dengan pasar forex, di mana setiap agensi mereka akan terus-menerus mentransmisikan harga permintaan dan penawaran sesuai dengan harga pasar terkini.
Metode analisa trading yang didasarkan pada pendapat ahli, sentimen pasar, data ekonomi, berita, dan indikator-indikator sejenis yang bisa memberikan pertimbangan secara kualitatif untuk memahami bias pasar dan menemukan peluang transaksi.
Target Profit, Take Profit
Jumlah keuntungan yang ditentukan trader saat membuka suatu posisi trading. Dalam praktiknya, Target Profit (TP) telah diadopsi sebagai suatu fitur dalam dalam platform trading yang memungkinkan trader untuk mengatur level tertentu sebagai target keuntungan, sehingga posisi trading akan tertutup otomatis apabila harga sudah menyentuh level tersebut.
Kebijakan Moneter, Monetary Policy
Kebijakan terkait jumlah uang beredar, biasanya diambil oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter suatu negara. Kebijakan Moneter secara umum terbagi menjadi Kebijakan Moneter Ketat (Tight Monetary Policy) dan Kebijakan Moneter Longgar (Loose Monetary Policy).
Quantitative Easing, QE
Kebijakan moneter longgar dari bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Tujuannya adalah untuk meningkatkan laju inflasi dan menstimulus pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Quantitative Easing cenderung menyebabkan pelemahan mata uang karena jumlah uang beredar yang meningkat akan menambah supply dan menurunkan nilai tukarnya.
Sebutan untuk komoditas minyak mentah. Emas hitam juga disebut sebagai minyak bumi, dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Crude Oil.
Reaksi kepanikan pasar merespon kabar tapering yang merupakan pengurangan kebijakan moneter longgar. Ketika The Fed (bank sentral AS) merencanakan tapering di tahun 2013, terjadi taper tantrum yang membuat investor ramai-ramai menarik dana dari pasar obligasi, sehingga yield obligasi melonjak drastis. Namun keaadan ini berlangsung sementara, karena begitu pasar menyadari tak ada alasan untuk panik, yield perlahan kembali normal.
No Deposit Bonus, Bonus Tanpa Deposit
Penawaran broker forex yang memberikan sejumlah dana kepada trader sebagai deposit akun. Aturan pada No Deposit Bonus terkait syarat penarikan dan masa berlaku promo sangat penting diperhatikan oleh trader.
Dolar Komoditas, Commodity Dollar, Comdoll
Istilah untuk menyebut mata uang komoditas, yaitu mata uang yang nilainya sangat dipengaruhi oleh harga komoditas tertentu yang menjadi sumber pendapatan utama suatu negara. Mata uang yang termasuk Comdoll antara lain AUD (Dolar AUstralia), NZD (Dolar New Zealand), dan CAD (Dolar Kanada).
Laporan berkala dari broker yang berisi tentang status transaksi jual beli seorang nasabah, berikut biaya bulanan maupun keuntungan yang didapatkannya.
Istilah untuk menyebut negara-negara yang menerapkan pajak sangat rendah hingga nol persen. Disebut juga sebagai Wilayah Suaka Pajak, Tax Haven biasanya berlokasi di negara kepulauan atau kawasan otonom dengan aturan keuangan yang biasanya lebih longgar daripada negara induknya. Inilah mengapa, Tax Haven umum dikenal sebagai "kawasan offshore".
Contoh Tax Haven: Siprus, Belize, Panama, British Virgin Islands, Mauritius.
Dalam bahasa Indonesia disebut Laporan Keuangan; berisi detail mengenai aliran dana perusahaan, asal pendapatan, serta kondisi dana saat ini (berubah menjadi aset, digunakan sebagai modal usaha, atau disimpan sebagai laba).
Ketersediaan dana di sebuah perusahaan, atau ketersediaan dana yang memperdagangkan suatu aset di pasar keuangan. Dalam dunia trading, likuiditas juga bisa diartikan sebagai kemampuan sebuah aset diperdagangkan di pasar.
Analisa Fundamental, Analisis Fundamental
Cara menganalisa pergerakan harga aset di pasar finansial berdasarkan data dan berita ekonomi tertentu. Dalam forex, analisa fundamental berkaitan dengan berita yang mempengaruhi nilai tukar mata uang.
Keuntungan yang diperoleh trader dari selisih harga beli dengan harga jual suatu aset finansial. Capital Gain juga menjadi sumber keuntungan investasi saham di samping Dividen Yield.
Syarat dan tata cara pengaduan di Lingkungan Lembaga Peradilan
Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan untuk memudahkan Anda mengakses informasi di Pengadilan
Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan
MASIH ADAKAH MAKNA 39
Wanita yang memungut uang Rohana, jatuh terjengkang. Rohana marah bukan alang kepalang.
“Lisa! Apa yang kamu lakukan?”
“Bodoh kamu Rohana! Uangmu berserakan dan si miskin itu memungutinya. Apa karena uangmu terlalu banyak sehingga membiarkan dia mencurinya?”
“Saya tidak mencuri. Saya hanya membantu,” kata wanita itu sambil bangkit.
Rohana segera tahu, dialah wanita yang dicarinya.
Ia menerima uang yang tadinya diambilkan wanita itu, dan membantunya berdiri.
“Apa yang membuatmu berubah Rohana? Kamu sudah tidak sekaya dulu, dan pura-pura menjadi wanita baik?”
Rohana menggandeng wanita itu dan mengajaknya masuk ke arah ruangan yang tidak berkelas.
Lisa mencibir sambil membalikkan badannya, tapi ia tak sadar, seorang perawat sedang mendorong seperangkat peralatan yang sebagian besar terbuat dari kaca. Lisa jatuh tertelungkup, dan sebatang pecahan bejana kaca menancap di sebelah matanya.
Jeritannya terdengar bagaikan lolongan yang membelah suasana tenang di pagi itu. Rohana menoleh dan terbelalak. Ia melihat beberapa perawat mengangkat Lisa yang wajahnya bercucuran darah.
“Lisa! Apa yang terjadi?”
Walau kesal, tapi rasa iba memenuhi hati Rohana. Wajah Lisa berlumuran darah, dan perawat langsung mengangkatnya ke atas brankar, melarikannya ke UGD.
“Ya Tuhan, sebiji mata Lisa tak sebanding dengan seluruh harta yang dimilikinya. Mengapa dia bisa sesombong itu? Semoga dia baik-baik saja,” gumamnya sedih.
“Kenapa Bu?” tanya wanita yang tadi digandeng Rohana.
“Entah bagaimana, aku juga tak melihatnya, sepertinya dia menabrak dorongan itu,” kata Rohana yang melihat beberapa petugas membersihkan beberapa perangkat alat kesehatan yang berantakan dan pecah.
“Sebenarnya saya mau membeli obat lagi,” kata wanita itu.
“Oh ya? Bagaimana keadaan anakmu?”
“Sudah tidak seperti kemarin. Tapi masih belum mau makan. Katanya perutnya sakit.”
“Berapa harga obatnya?”
“Entahlah, saya baru mau ke apotek.”
“Oh, baiklah, ayo ke apotek. Uangnya masih ada?”
“Ada, semoga cukup. Terima kasih telah membantu menyambung nyawa anakku,” kata wanita itu haru.
“Berterima kasihlah kepada Allah, aku tidak melakukan apa-apa. Semua karena Allah.”
Wanita itu mengangguk. Kata-kata ‘karena Allah’ itu menusuk nuraninya. Apakah selama ini dia mengenal Allah? Matanya berkaca-kaca. Karena ia tak mengenalNya, maka hidupnya terasa sengsara?
“Katakan kepadaku, bagaimana mengenal Allah.”
“Ia begitu dekat denganmu, tapi kamu tidak mengenalnya?” kata Rohana yang entah darimana datangnya bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Barangkali karena dia juga lama sekali melupakan Junjungannya, lalu ketika kemudian mengenalnya, maka ia bisa mengatakannya kepada orang lain. Bukankah ia menemukan ketenangan saat bersujud, saat memohon ampun dan petunjukNya, saat menangis menyesali semua perbuatannya?
“Pergilah ke apotek, setelah itu marilah kita menemuiNya dalam sujud dan penyesalan atas semua dosa kita.”
Wanita itu beranjak ke apotek, dan Rohana pergi keluar. Ia membeli beberapa potong pakaian orang dewasa, beberapa jilbab, dan beberapa pakaian anak kecil seumur tiga tahunan, juga handuk, sabun dan alat pembersih yang lain. lalu ia kembali masuk ke rumah sakit. Ketika melewati ruang UGD, ia mendengar suara jeritan. Hatinya sangat miris. Lisa sedang ditangani, dan menjerit-jerit kesakitan.
Rohana merasa tak bisa berbuat apa-apa. Ia melihat pembantu Lisa sudah duduk di ruang tunggu dengan gelisah.
Ia menanyakan keadaan LIsa, tapi mana mungkin pembantu itu bisa menjawabnya? Ia hanya menunggu, dan pastinya sudah mengabari keluarganya.
“Semoga Lisa baik-baik saja,” bisiknya tulus.
Rohana menuju ke arah apotek. Wanita yang belum diketahui siapa namanya itu duduk di sana. Rohana mendekat dan memberikan bungkusan yang dibawanya.
“Kamu mandilah, dan ganti pakaian kamu. Ini ada juga pakaian untuk anakmu.”
Tangan wanita itu gemetar menerimanya.
“Kamu benar-benar seperti malaikat,” bisiknya pelan sambil matanya berkaca-kaca.
“Ssssh, sudahlah. Oh ya, berapa harga obatnya?”
“Hanya tujuh puluh ribu. Katanya obatnya berupa infus. Perawat di ruangan Bejo mengatakan bahwa akan ada tagihan ruang rawat juga. Setelah ini aku akan pergi untuk mencari uang. Bejo sedang tidur.”
Jadi anak kecil itu namanya Bejo?
“Kalau ibu namanya siapa? Saya nenek Rohana.”
“Oh, iya. Saya sudah menerima banyak kebaikan dari Nenek, tapi belum memperkenalkan diri. Saya Kartinah. Suami saya sudah meninggal ketika Bejo masih bayi.”
“Kamu tahu? Meminta-minta bukan perbuatan yang bagus.”
“Lalu saya harus bagaimana? Saya orang miskin, bisanya hanya meminta. Tempat tinggalpun tak mampu menyewanya."
“Lakukan sesuatu. Misalnya berjualan.”
“Jualan apa? Harus ada modal untuk itu.”
“Setelah anakmu sembuh, carilah tempat untuk beristirahat, menyewa yang murah misalnya, lalu berjualanlah. Kamu bisa membuat gorengan, atau memasak masakan yang bisa dijual, atau apa, pikirkanlah mana yang bisa kamu lakukan.”
Kartinah menggenggam tangan Rohana sangat erat.
“Nanti aku bantu kamu mencari rumah sewa, aku yang membayar untuk setengah tahun ke depan, lalu aku berikan kamu modal beberapa, lalu kamu sisihkan uang untuk sewa berikutnya, sambil terus berjualan. Niatkanlah usaha itu untuk sesuatu yang berguna. Semoga kamu berhasil.”
“Nenek,” haru hati Kartinah tak tertahankan.
Ketika petugas apotek memanggil nama Bejo, ia berdiri sambil mengusap lagi air matanya.
Kartinah sudah kembali ke ruang anaknya, tapi Rohana masih mampir lagi ke depan ruang UGD. Pembantu Lisa kelihatan masih saja gelisah. Keluarganya sudah ada yang datang, katanya sedang menemui dokter. Tapi pembantu itu sedih, pembicaraan yang didengar, sebelah mata Lisa tak bisa diselamatkan. Rohana terpana mendengarnya. Berarti Lisa akan menjadi buta? Ia kesal terhadap temannya yang satu ini, tapi mendengar sebelah matanya kemungkinan menjadi buta, hatinya sedih bukan alang kepalang. Apa yang dipikirkannya benar bukan? Sebelah mata tak sebanding dengan harta yang dimilikinya. Kalau harus memilih, mana yang akan dipilih, memiliki mata yang utuh, atau harta yang berlimpah ruah?
Tak ada seorangpun memilih harta, karena perlengkapan tubuh yang diberikan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Murah, bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan semua harta yang ada di dunia ini. Allah Maha Besar.
Rohana pulang dengan perasaan murung.
Ketika ia hampir sampai di pintu keluar, sebuah mobil berhenti. Kaca depan mobil itu terbuka, dan Rohana melihat Boy ada di dalamnya.
Boy memarkirkan mobilnya, lalu ia mendekati sang nenek.
“Nenek dari membezoek kakek?”
Rohana menggelengkan kepalanya. Ia tahu sang nenek bukannya benci kepada kakeknya, tapi selalu merasa sungkan setiap kali berdekatan dengannya. Jadi kalau ingin membezoek kakeknya, pastilah kalau sedang bersama anak-anak atau cucunya.
“Membezoek seseorang.”
"Nenek jangan pulang sendiri, nanti Boy antarkan. Tapi sekarang Boy mau mengirimkan makanan pesanan kakek.”
Tak ada alasan untuk menolaknya, kecuali mengangguk.
“Nenek harus punya ponsel, nanti Boy belikan.” kata Boy sambil berjalan ke arah dalam, dimana kakeknya dirawat.
“Supaya gampang kalau kita mau menghubungi Nenek.”
“Nenek kan sudah bilang kalau ada keperluan, mengapa harus dihubungi? Apa kalian takut nenek akan pergi dan tak akan kembali?”
“Bukan begitu Nek. Terkadang ada berita yang nenek harus mengetahuinya. Misalnya ada yang mencari Nenek.”
“Nenek kan tidak punya teman. Kalaupun ada, hanya teman yang pasti akan merendahkan nenek dengan keadaan ini.”
“Tapi Nenek bukan orang rendah. Nenek adalah setinggi-tingginya wanita yang Boy junjung dan cintai.”
“Jangan, nanti nenek jatuh.”
“Sudah, diamlah. Jangan bicara yang aneh-aneh. Biasa saja,” katanya dengan mulut cemberut.
Tapi ketika ia memasuki ruangan rawat pak Drajat, cemberut itu hilang karena pak Drajat menyapanya dengan ramah.
“Rohana? Kamu baik-baik saja?”
“Ya. Aku baik. Semoga keadaanmu juga lebih baik.”
“Tentu saja, aku sudah mau minta pulang.”
“Kakek, jangan tergesa pulang. Nanti kalau dokter sudah bilang oke, baru Kakek boleh pulang.”
“Dokter itu selalu mengatakan tunggu … tunggu … memangnya aku kenapa? Aku merasa baik. Sebal sekali tanganku diikat dengan segala macam infus itu.”
“Ya sudah, nanti Boy tanyakan pada dokter, apa Kakek sudah sehat atau belum.”
“Tanya bukan kepada dokter, tapi kepada kakek ini, kan kakek yang merasakannya.”
Rohana menahan senyumnya. Pak Drajat memang keras kepala. Ia sukar diatur, tapi sangat tegas. Itu pula sebabnya ia sangat marah ketika melihat dirinya sedang mendekati pak Ratman ketika terlibat hutang.
“Ini masakan ibu Minar. Baru saja Boy ambil di rumahnya.”
“Iya, aku memesan sup ayam dari dia. Aku ingin makan sekarang. Masih hangatkah?”
“Masih agak panas. Boy ambilkan dulu di mangkuk.”
Rohana undur ke belakang, duduk di sofa, agak jauh dari tempat pak Drajat berbaring. Sungkan menunggui bekas suaminya makan. Takutnya Boy meminta Rohana menyuapinya. Aneh kan?
“Minar selalu memasak enak. Tapi ibumu juga masakannya luar biasa enak. Hanya saja aku terkesan ketika kemarin dia membawakan sup ayam, jadi aku ingin memakannya lagi.”
“Iya, ibu Minar tidak lupa, karenanya pagi tadi Boy ditelponnya.”
“Bagaimana rencana pernikahan kalian?”
“Kakek harus sembuh dulu, baru bicara tentang pernikahan Boy.”
“Karena itulah aku ingin segera pulang.”
“Tidak tergesa-gesa, Kakek. Semuanya sudah disiapkan, tinggal menunggu Kakek sembuh.”
“Benar? Kamu tidak kekurangan uang?”
“Tentu saja tidak. Kakek tidak usah memikirkannya.”
“Apa nenekmu itu tinggal di rumahmu?” kali ini pak Drajat bicara pelan.
“Iya. Kakek keberatan?”
Pak Drajat menggoyang-goyangkan tangannya, karena mulutnya sedang mengunyah gurihnya daging ayam yang baru saja disuapkan cucunya.
"Ada pavilyun yang tidak terpakai. Buat lebih pantas agar dia bisa tinggal lebih nyaman dan bisa melakukan apa yang dia inginkan,” katanya, masih dengan sepelan mungkin.
“Baik, Kakek. Terima kasih atas kebaikan Kakek.”
“Mengapa harus berterima kasih?” kali ini suaranya lebih keras.
“Sudah, aku sudah kenyang. Buat nanti lagi,” katanya sambil meraih tissue untuk mengelap mulutnya. Boy mengambilkan minum dan pak Drajat menyedotnya dengan rasa puas.
“Sekarang kalian pulanglah, sebentar lagi Ratman akan datang dan menemani kakek ngobrol."
“Bukankah kakek belum boleh bicara banyak?”
“Apa maksudmu? Bagaimana kalau kemudian aku lupa cara orang berbicara?”
Boy tergelak. Sang kakek selalu bicara sembarangan, dan terkadang lucu. Tapi ia senang, sang kakek sudah tidak sepucat kemarin.
Boy mengantarkan nenek Rohana. Ia mampir ke toko ponsel, lalu memaksa sang nenek untuk menerima ponsel itu, membuat Rohana bersungut-sungut sampai kemudian memasuki rumah Tomy.
Monik yang melayani makan sang ibu mertua, hanya tersenyum ketika mendengarnya mengomel tentang ponsel itu.
“Bu, itu kan penting, untuk berkomunikasi.”
“Seperti orang penting saja. Aku biasa saja kan?”
“Bukan begitu, terkadang ketika ibu pergi, kita ingin bicara tentang sesuatu.”
“Bukankah bisa bicara di rumah?”
“Atau ketika Monik ingin nitip makanan tertentu, agar ibu membelikannya, ketika ibu sedang dijalan, dan Monik lupa bilang sebelum berangkat. Ya kan?”
“Hanya masalah makanan …”
“Sudahlah Bu, diterima saja. Pada suatu waktu, pasti ibu memerlukannya.”
Rohana hanya melanjutkan makan. Makanan dengan menu yang dulu disukainya. Rendang daging dari masakan Padang, yang pedasnya selangit. Dulu dia selalu memakannya dengan lahap, ketika sedang mendapat rejeki dan dia berhasil membelinya. Tapi sekarang biasa saja. Ia mengunyahnya seperti ia mengunyah makanan sederhana. Tahu, tempe, bahkan ikan asin.
“Nambah Bu,” tawar Monik.
“Sudah kenyang. Orang tua itu perutnya sudah menyempit, tidak akan muat menerima makanan banyak, nanti bisa meletus perutku.”
“Monik, apakah di sini ada tempat atau kamar yang bisa disewakan?”
“Bukan, di kampung ini. Tapi yang murah. Hanya kamar. Satu kamar saja.”
“O, kalau di sekitar sini tidak ada Bu, agak jauh. Diujung sana. Mengapa ibu menanyakannya? Jangan bilang ibu ingin tinggal di tempat itu.”
“Tidak, untuk temanku. Besok aku mau jalan-jalan ke sana.”
Memang agak jauh, dan Rohana mendapatkannya. Tempat yang sederhana, dan bersih, tapi murah. Rohana membayarnya dengan uang yang dibawanya, kembalian dari pak Trimo si penjual nasi liwet.
Ketika sudah selesai, Rohana berhenti di sebuah pos penjagaan yang kosong, lalu menghitung sisa uangnya. Barangkali untuk perawatan Bejo masih diperlukan uang, sedangkan dia juga berjanji akan memberinya modal pada Kartinah agar mau berusaha untuk berjualan. Tidak mengemis seperti sebelumnya.
Tapi ketika ia sedang menghitung di depan pos penjagaan itu, seorang laki-laki lewat. Ia melihat uang, dan senyum licik tersungging di bibirnya. Dengan cekatan ia merebut setumpuk uang yang masih ada di pangkuan Rohana. Rohana terkejut. Tapi ia tak sudi mengalah. Ia pernah mengalaminya, dan tak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis. Tapi sekarang sudah berbeda. Matanya mencari sesuatu, dan melihat pentungan di pos penjagaan itu.
tirto.id - Mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo didakwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Pembunuhan berencana Ferdy Sambo dilakukan bersama-sama dengan Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Putri Candrawathi, Ricky Rizal Wibowo, dan Kuat Ma’ruf.
Setelah melewati proses persidangan, mereka dijatuhi tuntutan hukuman yakni penjara seumur hidup bagi Ferdy Sambo, 12 tahun penjara bagi Bharada E dan 8 tahun kurungan bagi Putri, Ricky dan Kuat. Namun, persepsi terkait berat-ringannya tuntutan-tuntutan tersebut menimbulkan pro dan kontra.
Masih terkait tuntutan tersebut, muncul klaim unggahan akun Facebook bernama "Sang Politisi" (tautan) pada 28 Januari lalu. Unggahan tersebut disebarkan dalam bentuk video berdurasi 16 menit 7 detik, disertai judul dan takarir “KEJAGUNG MINTA MAAF. DI NILAI KEL!RU BERIKAN TUNTUT4N. AKHIRNYA UBAH HVKUM4N FERDY 5AMBO.”
Pada menit-menit awal video sang narator menyebut Kejaksaan Agung (Kejagung) RI mengubah hukuman Ferdy Sambo dari sebelumnya penjara seumur hidup menjadi hukuman mati. Lalu narator membacakan pernyataan Asep Iwan Iriawan, yang disebut sebagai pakar hukum pidana.
“Asep menyebut Jaksa Agung Muda ternyata salah menilai fakta dan tak memperhatikan latar belakang di antara Ricky Rizal dan Bharada E,” begitu cuplikan narasi video yang dikatakan bersumber dari tayangan Metro TV tertanggal 23 Januari 2023.
PERIKSA FAKTA Benarkah Kejagung Ubah Hukuman Ferdy Sambo.
Unggahan ini memperoleh 2.300 komentar dan telah disukai 15 ribu pengguna Facebook lain. Videonya sendiri sudah diputar 833 ribu kali hingga Selasa (31/1/2023).
Lantas, benarkah Kejagung ubah hukuman Ferdy Sambo? Bagaimana konteks pernyataan Asep Iwan Iriawan yang disebut video berasal dari tayangan Metro TV?
Tim riset Tirto mula-mula melakukan penelusuran Google untuk mengecek pernyataan Kejagung. Hasilnya kami tak mendapati sumber kredibel yang mengungkap klaim seperti dalam video. Sebaliknya, Kejagung RI meminta publik menghormati tuntutan jaksa penuntut umum terhadap lima terdakwa pembunuhan berencana Brigadir Yosua.
Seperti dinukil dari laporan Tirto, Kamis (19/1/2023), Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Umum Kejaksaan Agung, Fadil Zumhana menjamin jaksa penuntut umum dalam perkara ini tidak asal dalam menyampaikan tuntutannya.
“Dalam menentukan tinggi rendah tuntutan pidana, ada aturannya. Itu yang saya pakai, saya mengendalikan itu. Bukan asal-asalan,” ucap Fadil di kantor Kejaksaan Agung, Kamis (19/1/2023).
Fadil klaim proses penuntutan dilakukan secara arif dan bijaksana, bahkan jaksa mendengar, melihat, mempertimbangkan semua hal terkait proses penuntutan perkara, serta memperhatikan parameter.
“Tidak ada polemik. Bagi saya kita [publik dan jaksa] beda pandang,” kata Fadil.
Jika pihak korban menyatakan tuntutan tersebut kurang tinggi, maka ia berempati. Sementara bila terdakwa merasa tuntutan terlalu tinggi, itu juga hak terdakwa untuk berpendapat. Fadil mengingatkan bahwa rangkaian persidangan masih berjalan, bahkan masih ada tahapan-tahapan lain seperti pleidoi, replik, duplik, dan putusan.
Selanjutnya, Tirto mencari sumber asli tayangan Metro TV yang disebutkan narator video. Siaran itu diunggah di kanal YouTube resmi Metro TV dengan judul “Pakar Hukum: Kalau Hakimnya Saya, Sambo Pasti Dihukum Mati.”
Dalam program "Selamat Pagi Indonesia" yang ditayangkan Metro TV tersebut, Asep Iwan Iriawan sebagai Pakar Hukum Pidana ditanya seberapa jauh hasil tuntutan terdakwa yang dituntut penjara seumur hidup bisa diperingan dari hasil pledoi atau nota pembelaan. Asep menyatakan, tuntutan tidak berpengaruh terhadap vonis. Menurutnya, dasar putusan adalah dakwaan.
“Jadi silakan jaksa menuntut setinggi mungkin, silakan penasihat hukum meminta bebas atau lepas. Tapi semua berujung dengan putusan, jadi nggak ngaruh itu tuntutan. Apalagi kalau tuntutannya ngawur,” katanya.
Asep beranggapan bahwa tuntutan 12 tahun penjara terhadap Bharada E tidak sesuai, sebab tembakan yang ia lakukan merupakan perintah dari Sambo dan Bharada E kebingungan tak ada pilihan lain.
Beban alat itu seharusnya kepada yang memerintahkan, dengan demikian Ferdy Sambo bisa mendapatkan hukuman yang maksimal atau hukuman mati. Hukuman mati dalam konteks ini merupakan pendapat Asep, bukan keputusan Kejagung seperti dalam klaim video.
Tuntutan-tuntutan yang sebelumnya disebutkan memang disanggah oleh para terdakwa lewat sidang pembacaan pleidoi. Secara umum, pleidoi para terdakwa memuat bantahan atas kesimpulan jaksa yang tertuang dalam materi tuntutan.
Namun dalam sidang replik atau respons balasan atas jawaban tergugat Ferdy Sambo yang digelar 27 Januari 2023, Jaksa memohon kepada Majelis Hakim untuk menolak seluruh pleidoi penasihat hukum Sambo dan menjatuhkan putusan sebagaimana diktum tuntutan.
Begitu pula terkait tuntutan 12 tahun bui untuk Bharada E yang dibahas dalam sidang replik Senin, (30/1/2023). Dilansir Kompas TV, JPU mengatakan tinggi rendahnya tuntutan pada Eliezer telah ditentukan pada parameter hukum yang jelas dan tanpa tendensi apapun. JPU mempertimbangkan peran Eliezer sebagai eksekutor yang menembak sebanyak 3-4 kali.
Ferdy Sambo, Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf akan menghadapi sidang duplik pada 31 Januari 2023. Duplik sendiri merupakan tanggapan pihak terdakwa atas replik jaksa. Dengan memasuki tahap ini, maka proses persidangan pembunuhan berencana Brigadir J selangkah lagi menuju vonis.
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, konteks hukuman mati yang sebenarnya dibicarakan merupakan pendapat Asep Iwan Iriawan sebagai Pakar Hukum Pidana, alih-alih disampaikan Kejagung RI.
Jaksa Penuntut Umum sendiri telah menolak nota pembelaan penasihat hukum Sambo di sidang replik, pun tidak ada laporan bahwa Jaksa mengubah tuntutan terhadap Sambo dengan hukuman yang lebih berat. Ferdy Sambo, Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf akan menghadapi sidang duplik atau menanggapi replik jaksa pada 31 Januari 2023, setelah itu baru memasuki sidang putusan oleh Majelis Hakim.
Dengan demikian, narasi tentang Kejagung mengubah hukuman Ferdy Sambo menjadi hukuman mati bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Ja tak, jeg ønsker at modtage nyhedsbreve fra
. I må gerne invitere mig til livearrangementer og sende mig tilbud om netværk, konferencer, nyhedsbreve eller
via e-mail og telefon. Jeg kan til enhver tid trække samtykket tilbage. Mine personoplysninger bliver behandlet i overensstemmelse med vores
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!